BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Genetika
adalah ilmu pengetahuan dasar dalam usaha penyediaan bibit tanaman maupun
ternak yang unggul dalam bidang pertanian dan perternakan, dibidang kedokteran
dalam hal ini lingkup ilmu genetika sangat luas membahas masalah peranan
kromosom, pewarisan sifat genetik dan antropologik, terjadinya cacat mental dan
fisik yang disebabkan oleh kromosom. Timbulnya penyakit akibat kesalahan
metabolisme bawaan, respon tubuh terhadap obat, tranplantasi, penyakit autoimun
dan golongan darah, keturunan pada kanker, diagnisis kelainan genetik sebelum
bayi lahir, identifikasi bayi tertukar ataupun adopsi. Termasuk salah satunya
tetntang gen letal yang melatarbelakangi penulisan makalah kami ini. Memang
sangat sukar dijalankan penelitian genetika dengan obyek manusia ada beberapa
alasan diantaranya:
1. Manusia tidak mau apakah dalam
keluarganya terdapat penyakit/ kelainan/cacat genetik.
2. Penelitian tidak mungkin memeksakan
suatu perkawinan untuk kepentingannya
3. Suatu keluarga sekarang relatip
memilih KB sehingga sulit untuk memperoleh rasio populasi yang diharap.
4. Umur manusia yang terlalu
panjang,sehingga penelitinya sudah meninggal sebelum hasilnya didapat.
5. Jumlah kromosom 46 pada manusia
termasuk banyak sehingga teramat sukar diamati dan dihitung.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gen letal?
2. Terbagi dari apa sajakah gen letal
itu?
3. Bagaimana pengaruh gen letal terhadap
mahkluk hidup?
C.
Manfaat Penulisan Makalah
1. Menanamkan kesadaran akan pentingnya
penulisan karya tulis.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir
secara ilmiah.
3. Meningkatkan motivasi untuk
menganalisis, menelaah suatu permasalahan dan mengambil kesimpulan seta memberi
saran bagaimana baiknya.
4. Secara khusus dapat mengetahui
pengertian dari gen letal dan pengaruh gen letal terhadap mahkluk hidup itu
sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gen Letal
QS. Al
Waaqi'ah 56:60
Artinya:
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami
sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan
Gen letal
atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan
kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada
pula yang resesip. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa
saat setelah kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal,
yang menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang
dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif.
Gen letal dominan biasanya menyebabkan letal dalam susunan homozigot, sedangkan
dalam sususunan heterozigot ada yang subletal, ada pula yang bisa hidup sehat
sampai dewasa dan berketurunan. Yang heterozigot seperti halnya letal resesif,
mewariskan karakter buruk itu kepada keturunan. Bedanya dengan letal resesif,
heterozigot letal dominan ada memperlihatkan fenotipe cacat atau kelainan,
sedangkan heterozigot letal resesif tidak ada, artinya hidup normal dan tak
memperlihatkan kelainan.
B.
Gen Letal
Dominan
Gen letal dominan ialah gen dominan yang bila homozigottik
akan menyebabkan individunya mati. Beberapa contoh dapat dikemukakan disini :
- Pada Ayam Creeper (Redep).
Pada ayam dikenal gen dominan C yang jika homozigot
menyebabkan sifet letal,alelnya resesif c mengatur pertumbuhuhan tulang .ayam
heterozigotnya Cc yaitu ayamnya hidup tapi menunjukkan kecacatan yaitu memiliki
kaki pendek disebut ayam redep ( dalam bahasa inggris disebut creeper) meskipun
ayam ini hidup tetapi sebenarnya menderita penyakit keturunan yang disebut
achondraplasi.ayam homozigot yang dihasilkan tidak pernah dijumpai hidup sebab
sudah mati sejah masih embrio banyak kelainan padanya misal kepala rusak,tulang
tidak terbentuk,mata mengecil dan rusak. Perkawinan antar dua ayam creeper
menghasilkan perbandingan 2 ayam creeper : 1 ayam normal : 1 letal. Bagai mana
jika gen letal CC tidak pernah ada bisa terjadi ayam creeper? Sebenarnya ayam
creeper (Cc) dihasilkan dari ayan normal (cc) yang salah satu gen resesif c mengalami
mutasi gen menjadi gen dominan C. Perhatikan papan catur persilangan ayam
creeper berikut :
- Brakhifalangi/ Brachydactly
Pada
manusia dikenal Brakhifalangi,ialah keadaan orang dengan jari pendek disebabkan
tulang – tulang jari pendek dan menjadi satu.. cacat ini diakibatkan oleh gen B
yang besifat keturunan. Penderita brakhifalangi ialah heterozigot Bb,sedang
orang yang normal adalah homozigot resesif bb sedang homozigot dominan BB akan
menunjukkan sifat letak. Jika 2 orang yang sama-sama brakhifalangi menikah maka
akan menunjukkan perbandingan 2 brakhifalang :1 normal : 1 letal. Perhatikan
bagan berikut :
- Pada tikus gen letal dominan Y (dari bhs inggris yellow)
Yang
dalam kondisi hetero zigot menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning.tikus
homozigot dominan YY tidak dikenal karena letal.tikus homozigot resesif yy
normal berbulu kelabu. Persilangan dua tikus kuning menyebabkan perbandingan 2
tikus kuning : 1 tikus kelabu (normal). Perhatikan peta persilangan berikut
ini.
Dari
persilangan tersebut tampak gendomina letal baru akan muncul dari perkawinan
heterozigot dan dalam keadaan heterozigot gen dominan letal tidak menyebabkan
kematian namun biasanya menimbulkan kecacatan.
C.
Gen
Letal Resesif
Beberapa
contoh dapat diberikan disini :
- Pada jagung (Zea mays) dikenal gen dominan G
yang bila dalam kondisi homozigot menyebabkan tanaman membentuk klorofil
(zat hijau daun) secaranormal, sehingga daun berdaun hijau benar alel nya
resesif g bila homozigot gg akan menyebabkan gen letal , sebab klorofil
tidak akan terbentuk samasekali pada zigot sehingga kecambah akan segera
mati. Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuning-kuningan,
tetapi akan hidup terus sampai dapat menghasilkan buah dan biji jadi
tergolong normal. Jika kedua tanaman yang heterozigot ini sama-sama
disilangkan akan diperoleh pebandingan 1 berdaun dijau normal : 2 berdaun
hijau kekuning-kuningan .akan tetapi bagaimanapun juga semua keturunannya
normal semua. Perhatikan papan punnel berikut ini:
- Pada manusia dikenal gen letal resesif i yang jika homozigot akan memperlihatkan pengaruhnya letal. Yaitu munculnya penyakit ichtyosis congenita kulit menjadi kering dan bertanduk, pada permukaan tubuh terdapat benda-benda berdarah. Biasanya bayi telah mati sebelum dilahirkan. Orang dengan homozigot dominan II dan heterozigot Ii adalah normal. Hanya pada perkawinan dengan sama-sama heterozigot akan memunculkan peluang gen letal. Perhatikan diagaram punell berikut ini.
3. Pada
sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan
pengaruhnya letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali.
Walaupun anak sapi ini hidup, tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian
ini tergolong sebagai letal. Sapi homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam
adalah nomal. Cara menurunya gen letal resesip ini sama seperti pada contoh
dimuka. andaikan ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina
homozigot dominan AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm
dan heterozigot Amam, di kemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin
secara acakan (random). Bagaimana kemungkinan sapi-sapi F2
P :
betina AmAm
x jantan Amam
normal normal
G :
Am
Am, am
F1 :
Jantan
Betina
|
Am
|
am
|
Am
|
AmAm
normal
|
Amam
normal
|
Macam perkawinan
|
Banyaknya perkawinan
|
F2
|
||
AmAm
|
Amam
|
amam
|
||
Jatan AmAm x betina AmAm
|
¼
|
1/4=4/16
|
-
|
-
|
Jatan AmAm x betina Amam
|
½
|
¼=4/16
|
¼=4/16
|
-
|
Jatan Amam x betina AmAm
|
½
|
¼=4/16
|
¼=4/16
|
-
|
Jatan Amam x betina Amam
|
¼
|
1/16
|
1/8=2/16
|
1/16
|
jumlah
|
9/16
|
6/16
|
1/16
Letal
|
Karena sapi F1
terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan
perkawinan, ialah:
·
1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina
bolak-balik
·
1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
·
1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
·
1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina
bolak-balik.
Oleh Karena sapi homozigot
resesip amam letal, maka sapi-sapi F2 akan memperlihatkan
perbandingan genotip 9 AmAm : 6 Amam. Dari berbagai keterangan di muka dapat
diambil kesimpulan bahwa hadirnya gen letal menyebabkan keturunan menyimpang
dai hukum mendel, sebab perkawinan monohybrid tidak menunjukan perbandingan 3:1
dalam keturunan, melainkan 2:1.
D.
Mendeteksi dan Mengeliminir Gen-Gen Letal
Dari keterangan dimuka dapat
diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan
memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya.
Berhubung dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal
dominan pada satu individu daripada gen letal resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan
(dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu
yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini mudah dapat
dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gen letal atau gen kematian adalah
gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain individu yang
dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Gen
letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot.
Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah
kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang
menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa.
Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen
letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau
kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal
pada individu heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain
dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan kaki dan sayap yang
pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan genotipe CpCp
mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan
diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal
(cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.
Sementara itu, gen letal resesif
misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung. Tanaman jagung dengan
genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di dalam biji
habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan
tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang
tanaman GG adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Gg akan
menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1
: 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar