Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh
virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit
batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun,
yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3
sampai 6 kali setahun.
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia (radang
paru-paru) sering terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Risiko terutama
terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing,
serta tidak tersedianya atau malah berlebihannya pemakaian antibiotik.
·
Etiologi
Penyakit
di sebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda secara serologis. Agen
utamanya adalah rinho virus yang menyebabkan sepertiga dari semua kasus. Krono
virus menyebabkan sekitar 10% masa infektifitas berakhir dari beberapa jam
sebelumnya muncul gejala sampai 1-2 hari sesudah penyakit nampak. Streptokokus
grup A adalah yang menyebabkan ISPA. Corynebacterium diphteriae, myco plasma
pneumoniae.nisseriae menengitidis dan N ghorrhoea juga merupakan agen
infeksi primer. Himophilus influenza streptokokus pneunoniae
maraxellcatarrhalis dan staphylacocus auereus dapat menimbulkan
infeksi sekunder pada jaringan saluran pernapasan atas.
·
Epidemiologi
Kerentanan
agen yang menyebabkan nasofaring akut adalah universal, tetepi karena alasan
yang kurang mengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu
kewaktu. Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi setahun dan angka
terjadi selama umur 2 Tahun pertama frekuensi Nasofaringitis akut berbanding
langsung dengan angka pemejanan, dan sekolah taman kanak-kanak sertra pusat
perawatan harian mungkin epidemiologi sebenarnya. Kerentanan dapat bertambah
karena nutrisi yang jelek.
·
Patologi
Perubahan
pertama adalah edema dan vasodiasi pada sub mukosa. Infiltrat sel Memoklear.
Perubahan setruktural dan fungsional silis mengakibatkan pembersihan mukus
terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisal mengelupas.
Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer kemudian mengental dan
biasanya perulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas
termasuk okulasi dan kelainan sinus.
·
Manifestasi klinis
Pada
umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal
perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang
berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang
lebih tua dapat menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya
adalah kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring.
Gejala ini dalam beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus
hidung yang encer kadang batuk., nyeri kepala lesu dan demam ringan. Dalam satu
sekresi biasanya lebih kental dan akhirnya perulen. Obstruksi hidung
menyebabkan pernapasan melalui mulut.
·
Komplikasi
Komplikasi merupakan invasi bakteri sinus pranasal dan
bagian-bagian lain saluran pernafasan. linfonodi servikalis dapat juga
menjadi terlibat kadang-kadang bernanah. Selulitis pritonsiler, sinusitis
dan selulitis periobital dapat terjadi. Komlikasi yang paling sering
terjadi adalah otitis media. Kebanyakan ISPA melibatkan saluran pernapasan
bawah.
Upaya
penyakit ISPA Pneumonia difokuskan pada upaya penemuan kasus secara dini dan
tata laksana kasus yang cepat dan tepat melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
Pencegahan ISPA
dapat dilakukan dengan :
·
Menjaga keadaan gizi agar tetap
baik.
·
Imunisasi.
·
Menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
·
Mencegah kontak dengan penderita
ISPA.
·
Memakai masker
·
Menutup hidung dan mulut
saat bersin atau batuk
·
Tidak merokok
·
Menghindari penyebab
alergi
·
Mengkonsumsi vitamin C
·
Mencuci tangan secara
teratur
·
Olahraga teratur
·
Tidak membuang dahak dan
ingus sembarangan
·
Peduli terhadap
kebersihan lingkungan
·
Melakukan vaksin